Submitted by Tim i-Humor on Thu, 12/13/2001 - 00:00

Ibu mertua saya, Ruby, tinggal di Indiana bagian selatan, di kota Paoli. Kami biasa merayakan Natal keluarga bersamanya. Penduduk kota Paoli mengenal makna Natal yang sesungguhnya. Setiap tahun, tepat sebelum parayaan hari "Thanksgiving", Herb --petugas dari instansi pemerintah bagian jalan-- menata patung Bayi Yesus, ibu Yesus, dan ayah Yesus, serta pelbagai jenis ternak dan orang majus, di halaman rumput gedung pengadilan. Keluarga Kudus itu ditempatkan di sudut lapangan dan tak seorangpun keberatan akan hal itu.

Meski Natal belum tiba, Wilson Roberts telah menghias toserbanya, sehari sesudah hari "Thanksgiving". Setiap tahun dekorasinya selalu sama-- sebuah papan berbentuk rusa Rudolf warna kuning emas yang digantung diatas meja kasir, dan stoples permen berbentuk tongkat dan sisa tahun lalu, di sebelah mesin hitung. Pagi itu tepatnya pukul 8.50, orang-orang dari segenap penjuru kota menuju toserba itu untuk membeli hadiah. Ini semacam imigrasi yang dapat didedikasikan seperti yang dilakukan oleh burung layang-layang Capistrano.

Beberapa tahun yang lalu saya mampir ke toko itu untuk membeli satu set patung Natal. Minggu sebelumnya istri saya berkata, "Rumah ini perlu diisi satu set patung Natal." Maka sehari setelah hari "Thanksgiving", sementara setiap orang masih bermalas-malasan setelah kenyang menikmati kalkun, saya pergi ke toserba itu. Toko itu sangat kecil, namun penuh dengan barang-barang. Motto Wilson adalah "kita akan memiliki satu barang jika kita dapat menemukannya." Barang- barang dagangan selama 40 tahun ditumpuk hingga kelangit-langit ruangan. Kita harus bersusah payah bila ingin mencari barang tertentu.
Bahkan saya menemukan sebuah poster Michael Jackson berdampingan dengan buku berjudul Farme´s Almanac (Almanak Petani) edisi tahun 1959.

Saya masuk ke dalam mencari Pak Roberts. Ia sedang duduk di belakang toko sambil mengisap cerutu, sementara abunya berceceran di lantai toko yang terbuat dari kayu.

"Saya ingin membeli satu set patung Natal," kata saya.

Ia berkata, "Hmm, Anda pasti akan memilikinya bila kita dapat menemukannya."

Ia pun mulai mencari. Ia mencari-cari di antara jaring rambut dan jepit-jepit rambut. Tidak ada di sana. Ia mencari diantara selang- selang kebun. Tidak ada di sana. Lalu di antara alat-alat pertamanan dan barang-barang lainnya. Patung Keluarga Kudus itu tetap tak ditemukannya. Ia mencari diantara kursi kebun, lalu di bawah stoples- stoples permen, dan yap ... di situlah ia menemukannya.

Ia membersihkan debu pada dos itu, membukanya, dan mengecek isinya. Sebuah palungan, seorang ibu yang sedang berlutut, seorang ayah yang tampak bangga, tiga orang majus, satu domba, satu sapi, satu keledai, dan satu Bayi Yesus. Semuanya tampak lengkap.

"Harganya dua belas dollar," katanya.

"Bagaimana kalau sepuluh?" tawar saya, Dosnya sudah robek dan telinga si sapi hanya tinggal sebelah.

Wilson Roberts mengalihkan pandangannya ke arah saya, memindahkan cerutunya dari satu sisi mulutnya ke sisi yang lain, lalu berkata, "Baiklah." Kini kami memiliki satu set patung Natal buatan Perancis bahkan gipsya asli dari Paris, demikian yang tertulis pada dosnya.

Hari itu adalah kali terakhir saya bertemu dengan Wilson Roberts, karena ia meninggal pada tahun berikutnya. Kami harus melewati tokonya dalam perjalanan ke rumah Rubby untuk merayakan hari "Thanksgiving".
Toserba itu sudah tutup. Toko itu mati bersama dengan kematian Wilson.
Lalu Wal-Mart pindah ke situ dan orang menyebutnya suatu berkat. Saya jamin Anda tidak akan menemukan Farme´s Almanac edisi tahun 1959 disana. Bahkan Anda tidak perlu repot-repot bertanya.

Saya kembali terkenang akan bagaimana Wilson mencari-cari Bayi Yesus di antara jepit rambut dan alat-alat pertamanan. Terkadang untuk mencari sang Maha Kudus kita harus menjelajah hingga ke segala sudut.

Setiap tahun pada akhir Natal, saya mengeluarkan satu set patung Natal kami dan menatanya di atas piano dekat pintu depan. Dengan demikian, ketika kami sibuk merayakan kelahiran Dia yang menyatakan agar kita tidak cemas akan apa pun, kami dapat merenung sejenak dan mengingat makna Natal yang sesungguhnya.

~ Philip Gulley ~

TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. (Mazmur 14:2)

Sumber: Embun Bagi Jiwa Anda - Yayasan Gloria, p.36.

Tentang Kami

Situs yang berisi kumpulan humor-humor bersih dan Kristen yang tidak mengandung unsur-unsur SARA dan pornografi.
Selengkapnya

Berlangganan
i-Humor SABDA

Dapatkan humor-humor segar untuk menemani hari-hari Anda.

Kontak Kami | Buku Tamu | E-Mail: webmaster(at)sabda.org
Disclaimer | i-Humor © 2003-2019
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Laporan Masalah/Saran