ANAK MENDOAKAN ORANG TUANYA
- Read more about ANAK MENDOAKAN ORANG TUANYA
- Log in to post comments
"...dan, berkatilah Papa dan Mama. Tapi jangan berikan kepada mereka anak baru. Mereka tidak begitu baik mengurusi anak yang sudah ada..."
"...dan, berkatilah Papa dan Mama. Tapi jangan berikan kepada mereka anak baru. Mereka tidak begitu baik mengurusi anak yang sudah ada..."
Saat kantong persembahan diedarkan, seorang wanita tua yang tubuhnya kecil mulai mencar-cari uang dalam dompetnya. Semakin dekat sang kolektan, semakin gugup ia mencari-cari uang dalam dompetnya. Akhirnya, melihat hal itu, seorang anak yang duduk di sebelahnya meluncur turun dari kursinya dan kemudian menyentuh wanita tua itu.
"Ini, Bu," katanya, "ambil saja koinku, aku bisa bersembunyi di bawah kursi ini."
Terjadi percakapan antara seorang bapak yang menyombongkan payung barunya kepada seorang anak tetangganya.
Bapak: Berapa umurmu, Nak?
Anak: 6 tahun.
Bapak: 6 tahun? Kok dengan payungku saja lebih tinggi payungku? Ha ha ha ....
Anak: Hhmm ..., memangnya payung Bapak umurnya berapa?
Entah di rumah, di sekolah, atau bahkan di tempat kerja. Entah orang tua, pemuda, remaja, bahkan anak-anak. Entah laki-laki atau perempuan, "membicarakan orang lain" pasti menjadi bumbu yang sedap ketika kita berbincang-bincang dengan orang-orang di sekitar kita. Apalagi jika bersama dengan teman-teman dekat. Sebagai contoh, di saat istirahat sekolah. Dua siswi sedang makan di kantin.
Siti: Ssst ..., kamu tahu ngga kalau di tubuh Rini itu juga mengalir darah biru?
Sari: Masa, sih? Dari ayahnya atau ibunya?
Siti: Dari transfusi darah waktu dia kecelakaan dulu.
Johan sering diminta teman dan ibu temannya memimpin doa. Suatu hari, Johan protes.
"Jangan saya terus yang memimpin doa, sekali-kali teman yang lain."
"Lho, Joh, bapak kamu kan pendeta, mengapa kamu tidak mau?" sanggah Petrus.
"Kalau bapak saya pendeta, bukan berarti saya pendeta kecil, tahu!" jawab Johan meninggi.
Seorang guru sekolah minggu baru saja mengajarkan bahwa sekali dosa tetap dosa. Tiba-tiba ia terkejut melihat seorang muridnya langsung pucat pasi.
Guru: Desi, mengapa mukamu pucat?
Desi: Saya takut, Kak.
Guru: Takut apa?
Desi: Takut ular di dinding.
Guru: Loh, itu 'kan cuma gambar dan nggak mungkin menggigit.
Desi: Walau gambar, ular tetap ular. Tadi Kakak berkata bahwa sekali dosa tetap dosa. Nah, bagi saya sekali ular tetap ular!
Seorang guru sekolah minggu ingin menguji kecerdasan para muridnya tentang pelajaran yang telah diterangkannya minggu kemarin.
"Anak-anak, coba carilah kelemahan-kelemahan binatang yang menguntungkan binatang-binatang yang lain maupun ciptaan Tuhan yang lain. Misalnya, kucing diciptakan Tuhan takut pada air, supaya tidak menghabiskan ikan di dalam kolam. Nah, apa lagi contohnya?"
"Saya," seru Didu. "Macan tidak diberi tanduk, supaya tidak menghabiskan kerbau dan sapi yang larinya lebih lambat."
Di depan loket sebuah bioskop, muncul seorang anak laki-laki seusia 15 tahun yang akan membeli karcis. Sebelum dia menyodorkan uangnya, dia bertanya: "Pak, filmnya untuk 17 tahun ke atas?"
Si penjual karcis, karena ingin filmnya laku, cepat saja menjawab, "Oh, tidak Dik, ini film 13 tahun. Jadi, Adik boleh menontonnya ...."
Namun, anak itu ternyata menggerutu. "Oh, aku kira buat 17 tahun ke atas. Ngga seru, dong!" Katanya sambil pergi begitu saja.
Suatu waktu, seorang guru sekolah minggu bercerita mengenai si Zakheus kepala pemungut cukai yang kaya raya di kota Yerikho.
Guru sekolah minggu: "Anak-anak, ketika Yesus memasuki kota Yerikho, ada seorang pemungut cukai yang bernama Pilatus ingin melihat Yesus. Tetapi karena badannya pendek dan orangnya banyak, ia tidak dapat melihat Yesus. Karena itu, berlarilah ia mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara untuk melihat Yesus."
Mendengar cerita ini, seorang anak langsung protes karena apa yang diceritakan gurunya itu salah.
Pada waktu perayaan Natal, semua menyanyikan lagu Malam Kudus, tiba-tiba Yohanes menyeletuk kepada bapaknya, "Yesus itu orang Jawa Tengah ya, Pak?"
"Hus, diam, ini baru ibadah!"
Yohanes terus merengek, "Jawab dong, Pak!"
"Kok bisa Dia orang Jawa Tengah?" Bapaknya melototin Yohanes.