i-Humor

Anak dan bapak sedang menonton film empat dimensi yang pengaturan tempatnya di bulan. Serulah pastinya. Setelah film itu selesai ditonton, sang ayah bertanya pada si anak,

"Nak, film tadi bagus, ya? Apakah kamu ingin jadi penjelajah di bulan?"

"Tidak mau, ah. Aku takut. Soalnya bentuk bulan kan tidak pernah tetap."

Seorang anak kecil berdoa, "Tuhan, jika Kau tidak bisa menguruskan tubuhku, buatlah tubuh teman-temanku tampak gemuk."

Tiga anak TK saling menyombongkan kakek siapa yang paling tua.

"Kakekku begitu tua," kata anak pertama, "seluruh tubuhnya keriputan!"

"Itu belum apa-apa!" kata anak kedua, "kakekku begitu tua, seluruh rambutnya putih kayak salju."

"Itu semua belum apa-apa!" kata anak ketiga, "kakekku begitu tua, sampai ia harus digotong ramai-ramai sewaktu menuju kuburan!"

Seorang laki-laki bertubuh besar dan bermuka seram sedang berjalan tapi ia merasa ada anak kecil yang mengikutinya di belakang. Kemudian ia berhenti dan bertanya ke anak kecil tersebut. "Hei Nak, kamu dari tadi ngikuti saya ya!" bentaknya, "Apa kamu mau sesuatu!"

"Oh tidak, Kak. Aku cuma merasa teduh berjalan di belakang Kakak"

Seorang gadis menangis di pinggir jalan. Lalu seorang bapak menghampiri dan menyapanya.

"Adik manis, kenapa menangis?"

"Kucing saya hilang...," jawabnya dengan isakan tangis.

"Bolehkah saya bantu untuk mengiklankannya di koran?"

"Percuma Pak, kucing saya tidak bisa baca."

ANAK-BAPAK SAMA SAJA

Suatu hari ada seorang anak kecil mencuri mangga dari pohon milik tetangganya dan tertangkap basah oleh pemilik pohon tersebut. Si pemilik pohon tersebut lalu berteriak dengan nada mengancam.

"Hei! Dasar bandel! Ayo, turun dari pohon mangga! Nanti aku lapor ke bapak kamu!"

Tetapi si anak bukannya segera turun malah dia mendongak ke atas pohon sambil berkata, "Pak! Cepat turun, Pak! Kita sudah ketahuan!"

Menghadapi putranya yang selalu malas belajar dan sekolah, seorang ibu lalu mengajaknya menonton sebuah film silat yang memperlihatkan usaha perjuangan tokohnya agar dapat dijadikan contoh dan teladan bagi putranya tersebut. Film itu mengisahkan seorang pendekar yang pada akhir cerita menjadi sakti dan terkenal karena giat berlatih, penuh semangat, dan tidak kenal lelah sedikit pun.

"Begitulah jadi manusia," kata sang ibu. "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Rajin pangkal pandai!"

"Tapi," kata putranya, "Pendekar itu tidak pernah mendapat pekerjaan rumah, belajar matematika, sejarah, dan geografi kan, Bu?"

"Kamu sedang menggambar apa, Man?" tanya Guru.

"Oh, ini gambar kakak saya yang sedang belajar di kamarnya."

"Kok hitam semua?"

"Lampu kamar kakak saya kan sedang mati."

Reni ditegur oleh gurunya, lantaran setiap hari dia banyak bicara, dan mengganggu teman-temannya.

"Reni, kenapa kamu susah sekali diam di dalam kelas. Bisa-bisa Ibu setiap hari pusing tujuh keliling!"

"Untung, Ibu hanya mendengar ocehan saya. Bagaimana jadinya kalau Ibu tinggal di rumah saya dengan Papa dan Mama!"

Pak Budi menegur anaknya, "Jono, kenapa kamu tidak bisa seperti Bobi yang nilai ulangannya tidak ada warna merahnya?!"

"Jangan salahkan aku dong, Bobi kan memunyai ayah yang pintar." Jawab Jono santai.