Bernyanyi Lagu Natal
- Read more about Bernyanyi Lagu Natal
- Log in to post comments
Alfie mendengarkan kakaknya berlatih menyanyi.
“Kak,” katanya, “aku berharap Kakak akan menyanyikan lagu-lagu Natal.”
"Terima kasih buat harmonika yang Paman berikan Natal kemarin," kata Joni kepada pamannya saat bertemu setelah liburan. "Harmonika itu adalah hadiah Natal terbaik yang pernah aku dapatkan."
Alfie mendengarkan kakaknya berlatih menyanyi.
“Kak,” katanya, “aku berharap Kakak akan menyanyikan lagu-lagu Natal.”
(Saat itu adalah Hari Natal, dan aku sedang membuka hadiah-hadiah.)
Ayah: Bukalah satu yang di sebelahnya itu, Sayang.
Saat itu adalah malam Natal. Harry dan Shirley baru saja pulang dari sebuah persekutuan yang menyenangkan di gereja lokal mereka.
Sebuah keluarga memiliki anak laki-laki kembar, tetapi satu-satunya kesamaan di antara keduanya hanyalah wajah mereka.
Ketika seorang pendeta baru saja mulai berkhotbah dalam pelayanan ibadah Malam Natal, tiba-tiba seluruh aliran listrik di gereja padam. Pendeta tersebut bersama dengan para penerima tamu menemukan beberapa lilin dan kemudian menempatkan lilin-lilin tersebut di sekeliling altar.
Boni terkenal sebagai anak ugal-ugalan. Dia sering mengendarai motor tanpa menaati aturan yang ada. Pada malam Natal, Boni pulang dengan wajah babak belur.
Drama Natal berlangsung sesuai dengan rencana. Tampak pemeran Yusuf dan Maria pergi dari rumah ke rumah, mengetuk pintu dan bertanya, adakah tempat menginap bagi mereka.
Menjelang Natal, Rio, anak berusia 3 tahun, mengunjungi bibinya yang sedang hamil tua. Dia ingat cerita guru sekolah minggunya, tentang Bayi Yesus yang akan lahir pada hari Natal. Penuh dengan rasa penasaran, Rio memegang perut bibinya. Dia merasakan gerakan dan bibinya menjelaskan bahwa si bayi sedang menendang-nendang.
Sepasang suami istri yang telah menikah puluhan tahun belum juga dikaruniai anak. Tetapi mereka tetap berdoa kepada Tuhan memohon agar mereka dikaruniai seorang anak, walaupun mereka sudah lanjut usia. Akhirnya, apa yang mereka idamkan suatu hari terkabul, si istri hamil pada usia 65 tahun. Mereka pun tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan atas anugerah yang mereka terima.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, si istri melahirkan seorang bayi mungil dan lucu. Para kerabat pun berdatangan untuk mengucapkan selamat. Tetapi pada saat mereka ingin melihat bayinya, ibu tua itu menjawab, "Nanti saja ya..."
Mereka pun terheran-heran dan bertanya, "Mengapa nanti saja?"
"Ya, nanti saja kalau bayinya menangis..." jawab ibu tua itu.
"Mengapa harus menunggu bayinya menangis?" tanya mereka lagi.
Dengan wajah bingung ibu tua itu berkata, "Soalnya aku lupa bayinya kuletakkan di mana..."