Pada suatu hari, seorang pendeta tua terbaring sekarat di tempat tidurnya. Dia meminta dokter dan pengacara, anggota jemaatnya, datang ke rumahnya.
Ketika mereka tiba, mereka langsung diantar ke kamar pendeta tua itu. Saat pendeta melihat keduanya masuk, dia mengulurkan tangannya dan mengisyaratkan agar mereka duduk di samping kiri dan kanan tempat tidurnya. Kemudian dia meraih tangan mereka, mendesah puas, lalu tersenyum.
Waktu berjalan cukup lama, tanpa ada yang berkata-kata. Diam-diam, dokter dan pengacara tersentuh dan tersanjung karena pendeta menginginkan mereka menemaninya di saat-saat terakhirnya. Padahal, pendeta itu tidak pernah menunjukan rasa suka kepada mereka. Khotbah-khotbahnya selalu menegur keras mengenai keserakahan dan tingkah laku buruk lainnya, sehingga mereka acapkali gelisah ketika mendengar khotbah pendeta tersebut.
Akhirnya si dokter memberanikan diri menanyakan, "Pendeta, mengapa Anda memanggil kami untuk menemani Anda?"
Pendeta tua mengerahkan sisa-sisa kekuatannya, dan berbicara dengan lemah, "Yesus mati di antara dua pencuri... dan aku ingin mati seperti-Nya." (t/Uly)