Di Amerika, pada saat musim dingin, anak-anak sekolah biasa ke sekolah dengan memakai jaket tebal, sarung tangan, dan sepatu boot.
Pada suatu saat, seorang guru TK membantu salah satu muridnya yang mengalami kesulitan menggunakan sepatu bootnya. Sepatu yang dipakai muridnya itu kekecilan. Dengan susah payah guru itu memakaikan sepatu boot itu ke kaki muridnya.
Setelah sepatu ke dua sudah terpasang, tiba-tiba si murid berkata, "Ibu guru, sepatu ini terbalik!" Dengan wajah tak percaya dia melihat kaki muridnya, dan benar dia memasangkan sepatu di kaki yang salah.
Dia berpikir melepaskan kembali sepatu itu akan sama sulitnya dengan memakaikannya. Namun akhirnya dia membenarkannya.
Setelah terpasang dengan benar, muridnya berkata lagi, "Ibu Guru, sebenarnya ini bukan sepatuku!" Mendengar itu guru itu menjadi agak jengkel, tapi dia tetap berusaha sabar. Sekali lagi ia berusaha dengan susah payah membantu anak itu melepas sepatunya.
Setelah sepatu itu terlepas, muridnya itu berkata, "Kenapa sepatuku dilepas lagi? Aku cuma mau bilang, kalau ini bukan sepatuku, tapi sepatu adikku. Tadi pagi Mama memaksa aku memakainya karena sepatuku basah." Guru itu tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa ketika mendengar perkataan muridnya itu. Dan dengan sisa-sisa kesabarannya dia memakaikan kembali sepatu muridnya itu.
Setelah selesai, dengan perasaan lega guru itu berkata, "Nah, Sekarang, pakailah sarung tanganmu! Udara sangat dingin sekali!"
Anak itu menjawab, "Aku lupa mengeluarkannya dari dalam sepatuku!"
Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, (2 Korintus 6:4)
Sumber: Kiriman dari Christina <cris_tin@>.
- Log in to post comments