Ini cerita waktu si Ucok nekad melarikan diri dari Medan menyusul abangnya yang tinggal di Jakarta. Turun dari Priok, si Ucok langsung diterima oleh oplet omprengan yang siap mengantar ke seluruh pelosok Jakarta.
Setengah jam berikutnya, satu persatu penumpang oplet omprengan itu pun mulai menyebutkan alamat mana yang ditujunya. Yang paling awal adalah seorang bapak yang berteriak, "S. Parman, Bang." Dan tak lama kemudian si abang oplet pun menghentikan kendaraannya, lalu bapak tersebut pun turun. Setelah oplet berjalan beberapa saat, seorang penumpang menyebut, "Haryono, Bang." Dan sopir itu pun menggangguk, lalu tak lama kemudian oplet pun berhenti dan penumpang itu turun.
Oplet berjalan lagi. Seorang menyebut nama lagi, "Panjaitan, Bang."
"Iya," jawab sopir oplet sambil meminggirkan kendaraannya.
Lalu orang itu pun turun sambil membayar ongkosnya.
Dan kini tinggal si Ucok saja yang ada di oplet itu. Maka tanya sopir, "Mau kemana, Mas?"
"Hutabarat sebelah mana, ya, Bang?"
"Hutabarat yang mana?"
"Hutabarat, abang aku," jawab Ucok dengan polosnya.
"Lhaaa, mana gue tahu?" kata si sopir oplet dengan herannya.
"Bah! Abang ini bagaimana. Haryono kau tahu, S. Parman kau tahu, Panjaitan pun kau tahu. Masa sih rumah abangku kau tak tahu. Bagaimana kau ini, Bang??!!"
Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya. (Amsal 14:15)
Sumber: Senyum Lagi Senyum Lagi, p.71-72.
- Log in to post comments