Setiap kali guru siap untuk melakukan ibadat malam, kucing asrama mengeong-ngeong sehingga mengganggu orang yang sedang berdoa. Maka, ia memerintahkan supaya kucing itu diikat selama ibadat malam.
Lama sesudah guru meninggal, kucing itu masih hidup dan tetap diikat selama ibadat malam. Setelah kucing itu mati, dibawalah kucing baru ke asrama, untuk dapat diikat sebagaimana biasa terjadi dilakukan selama ibadat malam.
Berabad-abad kemudian, kitab-kitab tafsir penuh dengan tulisan ilmiah murid-murid sang guru, mengenai peranan penting seekor kucing dalam ibadat yang diatur sebagaimana mestinya.
[Sumber: Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994]
“Dan, Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, "Dan, mengapa kamu juga melanggar perintah Allah demi tradisimu?”
—Matius 15:3, AYT
- Log in to post comments