Masih ingatkah anda tentang kisah penjual topi yang melintasi hutan dan memutuskan   untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon besar?
   Sang penjual topi telah kehilangan semua topi dagangannya karena diambil oleh   monyet-monyet di hutan itu. Mengapa? Monyet-monyet itu menirukan apa saja yang   dilakukan si penjual topi, maka ketika penjual topi itu mengambil topinya, monyet-monyet   itu pun ikut melakukannya sehingga semua topi habis diambil monyet-moyet. Bagaimana   mendapatkan topinya kembali? Si penjual topi mendapat akal yang cerdik. Ia membuang   topinya ke tanah, dan benar bahwa monyet-monyet itu juga membuang topi-topi   yang ada di tangan mereka ke tanah. Segera si penjual itu mendapatkan kembali   semua topi-topinya. Penjual itu pun melanjutkan perjalanannya.
Lima puluh tahun kemudian, cucu dari si penjual topi itu menjadi seorang penjual topi juga dan telah mendengar cerita tentang monyet- monyet itu dari kakeknya. Suatu hari, persis seperti kakeknya, ia melintasi hutan yang sama. Udara sangat panas. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Sekali lagi, ketika terbangun ia menyadari kalau monyet- monyet telah mengambil semua topi-topinya. Ia pun teringat akan cerita kakeknya. Ia mulai menggaruk-garuk kepala, dan monyet-monyet itu menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukannya. Nah, sekarang ia merasa yakin akan ide kakeknya, maka ia mulai melempar topinya ke tanah. Tapi ia yang terkejut, karena monyet-monyet itu tidak menirukannya dan tetap memegangi topi itu erat-erat. Kemudian, seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang di lemparkan oleh cucu pedagang topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata, "Memangnya cuma kamu yang punya kakek...?"
Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, (Amsal 3:13)
Kiriman dari "Erianto Wong" <erianto@>.
 
 
