- Log in to post comments
Bukanlah hal yang aneh, di tengah kompleksitas masyarakat, Anda berhadapan dengan rekan kerja dari multi etnis. Dan sebagai pribadi yang pandai menyesuaikan diri hal ini tidak akan menyebabkan Anda kesulitan dalam bergaul kan..? Kadang, kemampuan Anda dalam bergaul akan terlihat dari kemampuan Anda mengontrol emosi. Sehingga apapun masalah yang Anda hadapi dalam pergaulan di lingkungan Anda, dapat Anda atasi tanpa mengikutsertakan emosi.
Nah dalam pergaulan, lumrah saja jika Anda dihadapkan pada kondisi yang penuh 'humor'. Karena 'humor' diyakini bisa menyegarkan suasana yang kaku dan tegang, apalagi setelah Anda sibuk berkutat dengan pekerjaan yang rumit. Tapi tak dapat dipungkiri kalau humor yang bersifat 'rasis' masih sering terdengar di lingkungan kantor. Kadang humor yang bersifat 'rasis' memang membuat telinga panas, apalagi jika kebetulan Anda berasal dari 'ras' tertentu yang dijadikan bahan lawakan.
Awalnya Anda akan menganggap hal itu biasa saja. Sekedar 'lucu-lucuan' okelah. Tapi bagaimana kalau humor itu bukan saja membuat telinga Anda yang panas, tetapi juga membakar emosi Anda..? Misalnya Anda dijadikan objek dari lawakan yang bersifat rasis itu. Pasti Anda merasa 'gemas'. Mau diam saja, telinga Anda semakin panas. Mau diladeni, pasti akan menjadi. Sedangkan mau marah khawatir terjadi konflik yang serius dengan rekan-rekan Anda. So, bagaimana menghadapinya...?
Menurut Terry William dalam bukunya 'The Personal Touch', jika Anda dihadapkan pada situasi sulit seperti ini, Anda harus lebih tenang menghadapinya. Karena kadang seseorang tidak menyadari pentingnya sebuah pembicaraan. Lebih baik Anda katakan pada mereka bahwa Anda keberatan dengan humor tersebut. Dan jelaskan bahwa masih banyak hal lain yang bisa dijadikan bahan lawakan. Tentu saja Anda mengatakannya tanpa nada 'menggurui'. Kalau perlu sampaikan dengan nada bercanda juga tapi 'mengena'. Misalnya, "Udah dong, aku kok nggak enak ya dengernya? Ganti bahan lawakan lain dong. Kan masih 'segudang' bahan lawakan di dunia ini."
Setelah itu Anda bisa mencairkan suasana dengan melontarkan humor lain yang bersifat netral. Kemudian biarkan semuanya berlalu. Patut Anda catat, sangatlah penting menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan kondusif. Jika Anda merasa lingkungan kerja tidak 'kondusif' bagi Anda, Andalah yang harus mulai menciptakannya. Kalau rekan-rekan Anda 'peka' pasti mereka akan menyadari kekeliruannya. Sebagai kaum intelektual, tentu Anda dan rekan-rekan dapat memilah mana humor yang pantas dilontarkan di kantor dan mana yang tidak.
Sumber: http://astaga.com/karir/article.php?id=27887&cat=131