Pak Panurata yang sedang asyik melihat siaran langsung sepak bola di televisi, meminta Iyem,pembantunya, untuk membuatkan secangkir kopi susu. Iyem bergegas ke dapur. Tak lama kemudian terdengar suara ribut.
Pak Panurata: "Suara apa, Yem?"
Iyem: "Maaf, Tuan, saya terpeleset. Cangkirnya jatuh dan pecah."
Pak Panurata: "Enak sekali kamu minta maaf. Tidak bisa! Kamu harus bertanggung jawab atas keteledoranmu."
Iyem: "Baiklah, Tuan. Kalau Tuan tidak memberi maaf pada saya, saya akan mengganti cangkir ini."
Pak Panurata: "Nah, itu baru tindakan orang yang dewasa."
Iyem: "Tapi saya tidak punya uang,Tuan. Karena itu, dengan terpaksa saya minta gaji bulan lalu dan gaji bulan ini yang Tuan belum bayarkan pada saya."
Pak Panurata: "Aduh, maaf, aku lupa belum memberimu gaji bulanan. Begini saja. Karena aku sedang tidak punya uang, kita saling memaafkan saja. Gelas yang pecah tadi tidak usah ditukar. O ya, gajimu akan kubayar bulan depan saja ya, Yem..."
[Sumber di sunting dari: Buku "Merenung sambil Tersenyum, Tersenyum sambil Merenung 2"; hlm. 32]
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Efesus 4:32)
- Log in to post comments