Budi pada dasarnya tidak menyukai kucing. Ia semakin benci ketika istrinya memelihara seekor kucing. Budi merasa istrinya jadi lebih memperhatikan kucingnya daripada dirinya.
Pada suatu hari, Budi memutuskan untuk membuang kucing tersebut secara diam-diam. Ketika istrinya sedang mandi, ia pamit pergi keluar sebentar dan dibawanya si kucing. Setelah Budi mengendarai mobil sekitar 10 km dari rumah, ia pun membuang kucing tersebut.
Anehnya, ketika ia sampai di rumah, si kucing sudah ada di sana. Budi heran bercampur berang. Pada sore harinya, ia pergi lagi. Kali ini, si kucing dibuangnya lebih jauh lagi. Namun tetap saja, sesampainya di rumah, kucing istrinya tersebut telah berada di sana.
Budi berusaha membuangnya lebih jauh lagi, lebih jauh lagi, tetapi tetap saja si kucing kembali ke rumah mendahului dirinya.
Pada suatu hari, ia tidak saja membawa si kucing pergi jauh, tetapi juga berputar-putar dahulu. Budi belok kanan, belok kiri, belok kanan, belok kanan lagi, berputar-putar sebelum akhirnya membuang kucing yang dibawanya.
Beberapa jam kemudian, ia menelepon istrinya.
"Tik, kucingmu ada di rumah?" tanya Budi.
"Ada, kenapa? Tumben tanya si Manis segala," jawab istrinya agak heran.
"Panggil dia, Tik, aku mau tanya arah pulang. Aku kesasar!"
[Sumber: http://www.malau.net/kucing/]
“Tipu daya ada di dalam hati orang yang merencanakan kejahatan, tetapi orang yang menasihatkan kesejahteraan mendapat sukacita.”
—Amsal 12:20
- Log in to post comments