Seorang insinyur muda yang baru lulusdari fakultasnya ikut TKS Butsi di pedalaman Kalimantan unutk membuka hutan yang akan di jadikan pemukiman bagi para transmigran. Pada saat dia sedang menghitung luas lahan dengan kalkulatornya, seorang pekerja kasar nggak lulus SD tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Pak Insinyur, si Kamal ketiban pohon besar!" lapornya.
"Sebesar apa pohonya? Tingginya berapa? Diameter berapa? Jatuh dari ketinggian berapa? Posisinya bagaimana? Posisinya si Kamal dan dia sedang apa? Apakah dibawahnya ada pohon lain atau padang rumput? Ada air tidak disana?" tanya insinyur itu.
"Bapak lihat sajalah sendiri. Atau kami tolong segera?"
"Jangan bertindak apapun tanpa komando saya!" kata Sang Insinyur sambil bergegas menuju tempat kejadian. Ia segera memerintahkan mengukur panjang pohon yang menimpa Kamal, diameter kayunya, ketinggian tanahnya, kecepatan angin pada waktu itu, dan menyelidiki keadaan tanah di sekitarnya, apa penyebab kecelakaan tersebut, dan yang terakhir, dia segera membentuk Panitia Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Si Kamal (Panitia P3KSK) dengan tema:
"Dengan kecelakaan si Kamal kita tingkatkan persatuan dan kesatuan bangsa." Maka Kamal pun mati sebelum Sang Insinyur berhasil mengukur diameter kayu yang menimpa Kamal.
/Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?* (Lukas 18:7)
Sumber: Kiriman Gunawan Sularko <sularko@>.
- Log in to post comments