Menghapus Sebuah Lingkaran
BAHAN HUMOR
Menghapus Sebuah Lingkaran
Download Audio
Sebuah pembicaraan antara klien dan desainer terkait desain yang sedang dikerjakan.
BAHAN HUMOR
Menghapus Sebuah Lingkaran
Download Audio
Sebuah pembicaraan antara klien dan desainer terkait desain yang sedang dikerjakan.
Jack membuka bisnis baru, dan salah satu temannya mengirimkan bunga ucapan selamat kepadanya.
Ada seorang pria yang lahir pada hari ke-5, bulan ke-5, tahun 1955, yang memiliki angka keberuntungan, yaitu 5.
Obed adalah seorang mahasiswa yang baru saja kuliah di Yogya. Pada suatu hari, di kosnya, terjadi perbincangan antara dia dengan Markus, temannya.
Seorang pengusaha yang bergerak di bidang konstruksi datang kepada pendetanya. Mereka mengobrol seputar keadaan ekonomi dan usaha si pengusaha.
Andre adalah pemuda yang terkenal pelit. Dalam segala hal yang berhubungan dengan membeli sesuatu, dia selalu menerapkan prinsip "keluar uang sedikit, dapat barang yang bagus". Jadi, kalau dia berbelanja, apa pun pasti ditawar, maunya dapat yang menguntungkan.
Andre: Mas, ada laptop murah, tapi bagus?
Penjual: Mau yang 4, 5, atau 6 juta, Mas?
Andre: Wah, mahal amat... yang 3 juta aja, ada?
Acong dan temannya sedang menuju antrean tiket menonton pertandingan sepak bola tim dari kota A melawan tim dari kota B. Acong sangat menggandrungi tim dari kota A. Ketika antrean sampai pada teman Acong, terjadilah percakapan berikut ini.
Teman Acong: Berapa harganya?
Penjual tiket: Lima puluh ribu rupiah.
Teman Acong: Mata saya buta sebelah, Pak. Jadi kubayar separuh saja!
Terjadilah debat antara penjual tiket dengan teman Acong. Akan tetapi, si penjual tiket mengalah dan memberi separuh harga kepadanya. Lalu tiba giliran Acong.
Penjual tiket: Mana, lima puluh ribu rupiah!
Acong: Saya juga akan membayar separuh saja.
Penjual tiket: Tidak bisa. Anda tidak buta sebelah!
Acong: Iya, tapi saya cuma memandang tim B dengan "sebelah mata"! (alias meremehkan tim B).
Pedagang yang TIDAK BISA DITAWAR adalah penjual roti. Promosinya: "Roti tawar... roti tawar..." tapi tidak boleh ditawar.
Pedagang yang PALING NEKAT adalah penjual gas. Sudah tahu jalanan menurun masih saja bilang "Gas... gas..." bukannya "Rem...rem..."
Pedagang yang KURANG KERJAAN adalah penjual nasi goreng. Nasi sudah matang masih saja digoreng.
Pedagang yang TIDAK KENAL KATA MENYESAL adalah penjual bubur. Nasi sudah menjadi bubur masih dijual juga.
Pedagang yang PALING ANEH adalah pedagang ikan. Ikan mati dibilang ikan segar.
Pedagang yang TIDAK BELAJAR MATEMATIKA yaitu tukang cetak foto. Ditanya 3X4 berapa, dia jawab 500.
Dengan hormat,
Setelah saya membaca iklan lowongan pekerjaan dari perusahaan yang Bapak pimpin, yang dimuat di surat kabar nasional terbesar, saya jadi begitu tertarik untuk bergabung dengan perusahaan yang Bapak pimpin. Oleh karena itu, saya bermaksud melamar pekerjaan di perusahaan Bapak sesuai dengan lowongan yang ada. Saya percaya, dengan segala pengalaman dan kemampuan saya, sayalah orang yang dibutuhkan perusahaan Bapak. Harapan saya, agar melalui surat ini terjalin tali silaturahmi yang erat antara kita berdua, sebagaimana telah diamanatkan oleh semua agama.
Hormat saya.
Pelajaran: Bertele-tele bukan salah satu cara yang baik untuk berkomunikasi. Alkitab sudah memperingatkan kita untuk tidak bertele-tele dalam berkomunikasi dengan "Atasan" :>
Suatu hari seorang pendeta berkunjung ke rumah jemaatnya. Ia disambut oleh Pak Dermawan dan istrinya. Mereka kemudian berbincang-bincang. Pak Dermawan bercerita tentang sebuah keluarga yang sedang mengalami musibah.
Ia berkata, "Pak, di pinggir kota ini ada sebuah keluarga yang miskin. Sang kepala keluarga telah meninggal dunia. Sang ibu saat ini sedang sakit parah, sehingga tidak bisa pergi kerja. Anak-anaknya mulai kelaparan. Kalau sampai akhir minggu ini tidak ada orang yang membantu membayarkan uang sewa rumahnya, mereka akan kehilangan tempat tinggal mereka. Tidak punya tempat berlindung dari panas dan hujan. Padahal uang sewanya hanya 500 ribu."
Pak Pendeta tampak terharu, "Betapa menyedihkan. Dari mana Bapak tahu tentang cerita ini?"
Pak Dermawan menjawab, "Saya pemilik rumah sewa mereka."