- Log in to post comments
Terdapat 3 konsep utama yang dapat menjelaskan terjadinya rasa humor (Graham dalam Miller, 2003), yakni sebagai berikut:
1.Teori inkongruitas (incongruity theories)
Menyatakan bahwa rasa humor adalah tergantung pada bagaimana individu menerima humor (perceiving humor) dan bagaimana proses kognitif yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan teori ini dikatakan bahwa humor dihasilkan saat individu mengalami inkongruensi dalam diri, yakni terdapat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan (Burt & Halseger, 2002). Teori inkongruitas ini didasarkan oleh teori Freud (1986) yang menyatakan bahwa humor adalah proses mekanisme pertahanan diri yang tertinggi pada manusia. Menurutnya, humor menyediakan penghematan bagi energi emosional; esensi dari humor adalah bahwa seseorang dapat menghindari kemungkinan munculnya tampilan emosional yang buruk.
2. Teori pelepasan energi (relief theories)
Teori yang menyatakan bentuk-bentuk rasa humor dan tertawa adalah merupakan bentuk pelepasan energi yang telah di supresi. Teori ini juga didasarkan pada teori Freud. Ditegaskan oleh Freud bahwa humor memiliki elemen pembebasan, ditandai oleh kemenangan ego sekaligus prinsip kesenangan yang cukup nyata dalam menghadapi kenyataan yang merugikan (Freud, 1986). Humor juga berfungsi untuk menekan kecenderungan agresi yang tidak diterima secara sosial, untuk mengalihkannya menjadi respon yang dapat diterima oleh masyarakat.
3. Teori superioritas (superiority theories)
Teori ini menekankan bahwa humor datang dari aspirasi seseorang untuk merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Teori ini berkaitan erat dengan sudut pandang individu dalam bersosialisasi. Kita cenderung merasa menemukan hal yang lucu saat kita melihat kelemahan orang lain dan merasa lebih baik dari orang tersebut, misalnya lelucon yang dilontarkan berkaitan dengan ‘pencelaan’ terhadap etnis tertentu (Burt & Halseger, 2002).
Sumber: Rena Latifa (http://kesehatan.kompasiana.com)