Miss Reflek Van der Gebyaren adalah seorang janda kaya yang suka pamer. Suatu sore ia akan membeli sate ayam di tempat Cak Kabul Sukarasa. Tetapi, ketika diingatnya bahwa Cak Kabul itu selalu laris manis tanjung kimpul sampai makmur dan bergigi emas, ia menjadi khawatir dan takut kalah gengsi. Maka, dipakainyalah cincin gede-gede di semua jari tangannya.
Sesampainya di tempat Cak Kabul berjualan sate, ia tidak segera memesan. Ia merapikan jurai-jurai rambut di pelipisnya dan tak lupa menggosok kesepuluh cincin bermata berlian itu agar tampak berkilauan. Memang itulah yang diinginkan Miss Gebyaren.
"Cak Kabul, Cak Kabul, tolong deh bakarkan sate sepuluh saja," seru Miss Gebyaren dengan tingkahnya yang genit. Ia mengisyaratkan 10 dengan telapak tangan menghadap ke dirinya sendiri. Maksudnya supaya kesepuluh cincin super mahalnya itu terlihat oleh Cak Kabul.
"Kok bengong sih, Cak. Sepuluh, Cak. Lima jari kanan, trus ditambah lima jari kiri. Iya 'kan!" lanjut Miss Gebyaren yang terus memamerkan cincinnya.
Kebengongan Cak Kabul rupanya disebabkan oleh tingkah pamer Miss Gebyaren. Ia berpikir, bagaimana cara membalasnya supaya knock-out. Dan, akhirnya, Cak Kabul mulai meringis dan mengipas ke arah mulutnya.
"Lho, ngapain Cak?" tanya Miss Gebyaren.
"Eh, maaf Miss Gebyaren. Saya ini baru coffe-break sebentar. Dari tadi bakar sate terus sampai gigi saya keringatan. Saya ngipasin gigi emas saya yang gede-gede ini dulu ya. Heee ...."
[Sumber disunting dari: Buku "Senyum Sana Sini"; Halaman 95-97]
"Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa." Amsal 21:4
- Log in to post comments