Seorang wartawan ingin menulis tentang pendeta-pendeta tenar di dunia.
Maka ia mulai berkeliling ke kota-kota besar di dunia dan mengunjungi
kediaman para pendeta tersebut.
Dalam kunjungannya ke rumah pendeta A yang dikenal sering tampil di
program-program televisi nasional, ia melihat di sudut rumahnya ada
sebuah telepon umum berwarna emas dengan tulisan "tarif 10 juta per
menit." Penasaran, ia pun bertanya dan sang pendeta dengan bangga
berkata bahwa itu adalah telepon umum untuk menelpon Tuhan. Jadi
dengan 10 juta, kita bisa menelpon Tuhan di surga selama 1 menit. Sang
wartawan pun mengerti dan pamit untuk meneruskan perjalanannya.
Tibalah ia ke kota besar berikutnya, tepatnya di rumah seorang pendeta
B yang telah menulis puluhan judul buku yang semuanya laris manis.
Ternyata di rumah itupun, ia mendapati sebuah telepon umum berwarna
emas dengan tulisan sama "tarif 10 juta per menit". Kembali ia
bertanya pada pendeta itu, penjelasan sang pendeta mengenai telepon
itu tak jauh berbeda dengan penjelasan pendeta A tadi. Wartawan itu
kembali manggut-manggut dan meneruskan perjalanannya kembali.
Wartawan itu terus melanjutkan perjalanannya ke banyak kota-kota besar
lain, di rumah pendeta-pendeta tenar yang memiliki gedung-gedung
gereja dan rumah yang megah, yang sering diundang ke acara-acara di
luar negeri dan ia pun menemukan bahwa tiap rumah mereka selalu
dihiasi sebuah telepon umum berwarna keemasan dengan tulisan "tarif 10
juta per menit". Sampai di perbatasan satu kota, ia melihat papan
penunjuk jalan: Ke desa X 5 kilometer ke utara. Ia pun penasaran,
ingin tahu apakah di desa kecil X ini, juga ada pendeta yang memiliki
telepon umum keemasan seperti yang selalu ia lihat sebelumnya?
Ia pun memasuki desa X yang kecil itu, yang bangunan-bangunan dan
rumah-rumah penduduknya masih sangat sederhana itu. Wartawan itu terus
berjalan sampai tiba di depan sebuah gereja kecil yang sama
sederhananya dengan bangunan lain di desa itu. Namun sebelum memasuki
gereja itu, ia memutuskan untuk mengisi perutnya di sebuah warung di
dekat gereja. Saat ia makan, pandangannya tertumbuk pada sebuah
telepon umum berwarna keemasan di warung makan kecil itu. Berbeda
dengan yang biasa dilihatnya, disana tertulis "tarif 400 rupiah per
menit". Setelah mencari-cari beberapa informasi, tak disangka ternyata
hampir setiap rumah di desa itu memiliki telepon keemasan yang sama
dengan tulisan tarif yang sama pula. Ia pun memasuki gereja itu untuk
bertemu pendeta yang ada di sana.
Katanya, "Pak, saya sudah berkeliling ke rumah-rumah pendeta besar di
dunia dan melihat telepon umum keemasan yang sama seperti yang ada di
desa ini, cuma saya bingung pak, kenapa kalo disini tarifnya murah
sekali?"
Pendeta desa itu menjawab, "Yah, Nak, telepon ke Tuhan disini tarifnya
murah karena cuma kena tarif lokal."
TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.(Mazmur 145:18)
Sumber: Buffalosjokes.
- Log in to post comments