Seorang guru bahasa Spanyol sedang menjelaskan di depan kelasnya bahwa bahasa Spanyol tidak sama seperti bahasa Indonesia karena kata bendanya memiliki gender maskulin atau feminin.
"Rumah" misalnya, adalah feminin: "la casa".
"Pensil", bagaimanapun, adalah maskulin: "el lapiz".
Seorang siswa bertanya, "Apa gender dari 'komputer'?"
Alih-alih memberikan jawaban, guru tersebut malah membagi kelas menjadi dua kelompok, pria dan wanita, dan meminta mereka untuk memutuskan sendiri apakah "komputer" seharusnya memiliki gender maskulin atau feminin. Setiap kelompok diminta untuk memberikan empat alasan untuk jawaban mereka.
Kelompok pria memutuskan bahwa komputer pasti bergender feminin ("la computadora") karena:
- Tidak ada satu pun yang bisa memahami logika internal mereka kecuali "Pencipta" mereka.
- Bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dengan komputer lain tidak bisa dipahami orang lain.
- Bahkan, kesalahan terkecil disimpan dalam memori jangka panjang untuk kemungkinan diambil kembali suatu saat.
- Segera setelah Anda berkomitmen untuk membeli salah satu unit, Anda mendapati diri Anda menghabiskan setengah gaji Anda untuk aksesori komputer itu.
Kelompok perempuan menyimpulkan bahwa komputer memiliki gender maskulin ("el computador") karena:
- Agar bisa melakukan sesuatu apa pun dengan mereka, Anda harus "menyalakan" mereka.
- Mereka memiliki banyak data, tetapi masih tidak bisa berpikir sendiri.
- Mereka seharusnya menjadi alat untuk membantu Anda memecahkan masalah, tetapi sering kali mereka malah menjadi sumber masalah.
- Begitu Anda berkomitmen untuk membeli salah satu unit, Anda menyadari bahwa jika Anda mau menunggu sedikit lebih lama, Anda bisa mendapatkan model yang lebih baik.
[Disunting seperlunya dari: http://www.ketawa.com/2015/06/11096-menentukan-gender-komputer.html]
"... Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18)
- Log in to post comments