Setelah melakukan perawatan dan pengobatan kepada sejumlah pasien rumah sakit jiwa, seorang dokter yang terkenal sangat galak ingin mengetahui perkembangan pasiennya. Suatu siang, ia meminta kedua puluh pasiennya berkumpul di dekat sebuah kolam renang yang sengaja tidak diisi air.
Dokter berseru, "Hari ini, saya mau cek apakah kondisi kalian sudah normal atau belum. Saya hitung sampai tiga, kalian semua terjun ke kolam renang! Jika tidak, saya akan memukul kalian." Dokter berpikir jika mereka benar-benar menceburkan diri, berarti mereka masih gila. "Oke, kita mulai. Satu ... dua ... tiga ...." Sekitar lima belas pasien langsung berlari dan menceburkan diri. Meski senang karena ada lima pasien yang tidak menceburkan diri, dokter pura-pura memarahi mereka.
Dokter: Hai kalian, mengapa tidak lari?
Pasien: Maaf, Pak Dokter, saya tidak suka dan tidak bisa berenang.
Dokter: Kolam itu tidak dalam, kamu tidak akan tenggelam. Sekarang, cepat lari!
Empat orang pasien segera berlari dan menceburkan diri. "Ternyata mereka masih gila," pikir dokter. Tetapi, dia senang karena masih ada satu pasien yang tidak berlari. Sambil masih berpura-pura marah, dokter mendekati pasien yang tersisa itu.
Dokter: Mengapa tidak lari? Tidak bisa berenang juga?
Pasien: Bisa Dok.
Dokter: Terus kenapa tidak lari? Sekarang, lari atau saya pukul? (bentak sang dokter)
Pasien: Biar dokter pukul saya, saya tidak akan lari. Memangnya, saya gila?
Dokter: (Dengan wajah yang agak berseri dan menurunkan suara) Bagus, berarti kamu sudah membaik sekarang. (Untuk memastikan, dokter bertanya lagi) Coba jelaskan mengapa kamu tidak lari!
Pasien: Nggak ah, Dok, airnya dingin ... saya paling tidak tahan sama air dingin.
[Sumber kiriman dari: akselerasi net ]
Mendengar hardikan orang berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh. (Pengkhotbah 7:5)
- Log in to post comments