Dr. Norman Vincent Peale suatu kali bercerita tentang seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dan ayahnya yang sedang berbelanja pada menit-menit terakhir menjelang Natal. Saat itu mereka berada di antara orang banyak yang sedang tergesa-gesa. Mereka sendiri sedang berjalan cepat-cepat ketika tiba-tiba anak laki-laki itu nyaris melompat menghindari sesuatu. Ternyata seorang pengemis tua menyentuh lengannya, sambil berharap mendapatkan uang dari anak itu.
Sang ayah yang bijak menyaksikan kejadian itu dan membawa anak itu sedikit menjauh, dan menjelaskan bahwa ia perlu memiliki sikap berbelas kasihan. Mulanya anak itu tidak setuju. Ia memandang orang tua itu tidak lebih dari sekedar gelandangan kotor, sedangkan sang ayah memandangnya sebagai manusia. Lalu sang ayah menaruh selembar uang kertas yang bernilai besar ke tangan anaknya, dan mendorong si anak untuk memberikannya kepada pengemis itu untuk hadiah Natal.
Saat si anak mematuhi ayahnya dan memberikan uang yang tidak sedikit itu, sang pengemis tua menegakkan tubuh sedikit. Tiba-tiba raut wajahnya berubah dan matanya berbinar-binar. Anak itu tercengang melihat perubahan yang amat drastis itu. Orang tua itu membungkuk di hadapan anak tadi dan berterimakasih kepadanya. Lalu dengan semangat Natal ia menambahkan, "Semoga Allah memberkatimu."
Anak itu memetik sebuah pelajaran yang berharga yang kemudian tertanam sepanjang hidupnya. Hari itu ia menyadari bahwa nilai seseorang terletak pada jiwanya, bukan pada penampilan luarnya.
Dr. Peale paham benar akan hal itu, karena anak itu adalah dirinya sendiri.
~ Diceritakan kembali oleh Marilyn McAuley ~
Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya, dan janganlah bersukacita atas keturunan Yehuda pada hari kebinasaannya; dan janganlah membual pada hari kesusahannya. (Obaja 1:12)
Sumber: Embun Bagi Jiwa Anda - Yayasan Gloria, p.37.
- Log in to post comments