Pada suatu hari di sebuah desa di sebuah rumah terjadi sebuah dialog antara seorang ibu dengan anaknya yang sudah akil balik.
Ibu
|
:
|
Anakku, sudah beberapa hari ini saya perhatikan kamu tidak ada semangat kerja, lesu, dan selalu uring-uringan.
|
Anak
|
:
|
(Diam)
|
Ibu
|
:
|
Mengapa kamu tidak menjawab.
|
Anak
|
:
|
(Bisu)
|
Ibu
|
:
|
Mungkin ibu bisa bantu. Apa yang perlu ibu bantu.
|
Anak
|
:
|
(Jengkel tak bersuara)
|
Ibu
|
:
|
Apa yang kamu perlu. Kamu minta apa. Kamu minta tanah dan kebun?
|
Anak
|
:
|
Tidak (mulai buka suara)
|
Ibu
|
:
|
Atau kamu minta parabola yang terbaru?
|
Anak
|
:
|
Tidak.
|
Ibu
|
:
|
Jadi apa maumu. Kamu minta jalan-jalan ke Bali?
|
Anak
|
:
|
Tidak (Suaranya keras sekali dan mulai menampakkan kejengkelannya)
|
Ibu
|
:
|
(Hampir putus asa menanyai apa sebenarnya penyebab kekesalan anaknya.) Namun tetap tenang dan sabar serta terus berusaha memahami anak tercinta. Lalu terpikir olehnya sesuatu dan katanya, Kamu mau anu ? Kamu mau kawin?
|
Anak
|
:
|
Pertanyaan itulah yang kutunggu-tunggu dari tadi, Bu.
(dia pun melompat kegirangan karena hatinya telah dapat ditebak ibunya) |
Ibu
|
:
|
(Bingung mau kasih sama siapa di antara 100 juta lebih wanita di Indonesia ini)
|
Sekian dan terima kasih sampai jumpa lagi.
Kiriman : "P. Bangun" <Putar_Bangun@>.
- Log in to post comments