Tahun 1996 yang lalu, serombongan pejabat menteri mengunjungi sebuah desa tertinggal di salah satu negara berkembang. Dalam kesempatan itu, seorang menteri menghampiri salah seorang tua warga desa setempat untuk berbincang-bincang.
Menristek
|
:
|
"Wah ... wah ... sedang mengerjakan apa ini, pak?"
|
Warga
|
:
|
"Yaaa ... sekedar memasang lampu penerangan jalan, pak menteri?"
|
Menristek
|
:
|
"Senang ya pak, desa ini sudah maju, sudah ada listrik?"
|
Warga
|
:
|
"Iya pak menteri! Sekarang desa ini bertambah maju."
|
Menristek
|
:
|
"Ngomong-ngomong, berapa panjang tiang listrik ini, pak?"
|
Warga
|
:
|
"Waah ... tunggu sebentar pak menteri, saya ukur dulu!"
|
Beberapa saat kemudian, seorang warga desa itu mengambil gergaji. Lalu ia memotong bagian bawah tiang listrik itu sampai roboh dan kemudian diukurnya-lah panjang tiang listrik itu. Si MenRisTek pun mengernyitkan dahinya sambil mengeleng-nggelengkan kepalanya.
Warga
|
:
|
"Eeemmmm ... anu pak .... panjangnya 8 meter."
|
Menristek
|
:
|
"Oooo ... dasar orang bodoh! Mengapa harus memotong tiang listrik ini dulu kalau mau mengukur panjangnya? Lagi-lagi orang desa ... tidak bisa maju!!"
|
Warga
|
:
|
"Maksud pak menteri, bagaimana?"
|
Menristek
|
:
|
"Seharusnya, bapak tidak perlu memotongnya! Langsung saja bapak panjat tiang listrik ini, kemudian diukur panjangnya dari atas sampai ke tanah!"
|
Warga
|
:
|
"Oooo ... dasar menteri GOBLOK ...!!! Itu namanya bukan mengukur panjangnya, tapi mengukur tinggi-nya!!!"
|
???!!!!
Dikirim oleh : Budi Sumber: -BS- <s.budi@>.
- Log in to post comments