Konon peristiwa ini terjadi di kawasan Maluku sekian puluh tahun yang lalu.
Sebagaimana diketahui, Maluku mempunyai banyak penduduk yang beragama Kristen dan paham berbahasa Belanda. Namun demikian, tidak semuanya fasih berbahasa Belanda, ada pula yang cuma setengah-tengah paham.
Pada suatu hari, terjadilah di sebuah desa seorang pemuda meninggal dunia.
Dirundingkanlah segala sesuatu berkenaan dengan persiapan upacara pemakamannya. Tapi masalah timbul karena bapak Pendeta pada saat itu sedang bertugas ke luar daerah, sedangkan para Penatua tidak ada yang bersedia melayani upacara pemakaman. Akhirnya disepakatilah kawan terdekat almarhum yang akan memimpin upacara tersebut. Kesediaannya terdorong oleh ingatan akan kenangan persahabatan dengan almarhum.
Ketika peti mati sudah berada di liang kubur, mulailah tokoh kita berkata-kata dalam bahasa sok kebelanda-belandaan:
"Jansen, sahabatku. Jij dood, ik leven (Anda mati, saya hidup).
Jij naar de hemel (anda ke sorga) en ik naar ... huis (dan saya pulang ke rumah). Amin".
Dikirim oleh: Ben Abednego.
- Log in to post comments